Flipped Classroom: ‘Merenovasi’ Model Pembelajaran Tradisional


13761448651730198464
Flipping Classroom (arsip guraru)


Mengenai variasi mengajar memang harus ada perkembangan, ini disebabkan oleh adanya sinkronisasi psikis anak-anak didik. Dimana mereka pun beradaptasi pada hal-hal yang cenderung baru. Sehingga, para pendidik pun harus tergerak melakukan semacam gebrakan, sehingga anak didik tidak bosan.
Pada dasarnya tujuan pendidik itu sama, yaitu agar anak menjadi bertakwa. Tetapi, pemodelan menuju takwa itulah harus diadakan penelitian.
Ada metode baru yang saat ini digandrungi beberapa guru yang kreatif. Yang disebut dengan Flipped Classroom. Apa itu?
Flipped Classrom adalah sebuah teknik pengajaran yang mana mengubah budaya pengajaran tradisional ke dalam bentuk media. Ambil contoh seperti ini: Seorang guru yang tadinya menjelaskan rumus Fisika di papan tulis dengan memakan waktu berjam-jam, sehingga anak cenderung bosan. Nah, Flipped Classroom merenovasinya dengan cara “merekam” pembelajaran fisika itu dalam benuk video, sehingga anak akan menontonnya saja. Baik itu di rumah maupun di kelas. Tergantung pada ijtihad (baca: keputusan) guru.
Apa keuntungannya?
1. Tidak memakan waktu yang lama. 2. Anak bisa memutar ulang karena kontrol video pada diri anak masing-masing.
3. Tidak ribut
Flipped Classroom, saat ini yang banyak dibahas di media. Yang menjadi soal adalah bagaimana guru bisa memvideokan materinya. Sehingga bisa dinikmati oleh siswa di laptopnya atau I-Ped. Tapi, kadang juga ada persoalan, karena siswa dilarang bawa laptop atau I-pad ke sekolah. Jangan dilema, ini semua tergantung pada i’tiqad (keyakinan) guru, apakah bisa melaksanakan tugasnya atau tidak.
Yang pada intinya, siswa itu harus punya I-Pad atau laptop masing-masing, kalaupun belum bisa, siswa bisa dikelompokkan, maksimat 3 orang per kelompok. Sehingga mereka bisa menikmatinya dengan rileks dan tanpa beban.
Terus, Apa Fungsinya Kelas?
Kelas adalah saranya untuk menyalurkan pendapat siswa setelah menonton video edukasi tadi. Berdiskusi apa yang belum dipahami. Apakah diskusi itu perorangan ataupun perkelompok. Hal demikianlah yang akan memantik kedekatan psikis guru dan anak.
Secara garis besar, model pembelajaran ini juga sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, karena :
  • Siswa memiliki kesempatan penuh untuk mengejakan tugas mereka dengan didampingi oleh gurunya.
  • Guru dapat memastikan bahwa setiap siswa telah memahami konsep-konsep / materi yang disampaikan sebelum pindah ke materi berikutnya.
  • Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk berkolaborasi, berbagi ide dan projek bersama temannya.
  • Guru dengan mudah memiliki kesempatan untuk meninjau kembali rencana pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan siswa dapat dengan mudah mempelajari kembali video pembelajaran setiap saat, terutama bagi siswa yang absen (tidak masuk sekolah).
  • Terjalin komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
Semoga bermanfaat!

Sumber : edukasi.kompasiana.com

Komentar