Apakah anda adalah guru yang suka memberikan pekerjaan rumah (PR)
pada siswa anda setiap kali menjelang akhir pelajaran? Jika iya, apakah
dengan PR tersebut siswa dapat lebih memahami materi yang telah anda
berikan?
Seharusnya begitu ya…
Memberi pekerjaan rumah kepada siswa adalah salah satu dari strategi
kita sebagai guru dalam memotivasi siswa untuk mempelajari kembali
materi yang telah disampaikan. Aktivitas ini telah dilakukan oleh hampir
semua guru sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu hingga saat ini.
Bagi sebagian siswa yang pintar, kegiatan ini memang dapat memotivasi (bc. menantang)
mereka untuk mempelajari kembali bahkan mengeksplor materi yang telah
diberikan. Namun, tidak demikian bagi siswa yang kurang mampu. Kegiatan
ini bisa jadi membuat mereka yang belum begitu memahami materi, akan
bertambah bingung, bahkan stress, saat menemui kesulitan dalam
mengerjakan PR tanpa adanya bimbingan dari orang lain. Jika hal ini
terjadi, maka apa yang bisa dan biasa mereka lakukan?
Maka demi memenuhi tuntutan PR, yang sering terjadi adalah mereka
akan mengambil jalan pintas dengan menyalin pekerjaan teman mereka
sebelum dikumpulkan kembali untuk dinilai oleh guru. Jika demikian, maka
tujuan guru memberi PR tidak akan pernah tercapai. Maka dari itu kita
perlu strategi baru!
Marilah kita coba membalik tradisi di atas dengan tanpa mengurangi motivasi kita kepada siswa untuk belajar di rumah.
Jika sebelumnya kita memberi pekerjaan rumah kepada siswa/i untuk mempelajari atau menjawab soal-soal dari materi yang telah disampaikan… Maka kita bisa mencoba memberikan tugas kepada mereka untuk mempelajari materi yang akan
disampaikan sebelum tatap muka dilaksanakan. Dengan demikian, kegiatan
tatap muka dengan siswa di kelas dapat kita isi dengan kegiatan
berdiskusi (tentang materi yang belum difahami siswa), kuis, praktikum
atau hal lain yang terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Model
pembelajaran seperti ini yang dikenal dengan flipped classroom.
Flipped classroom adalah sebuah
model pembelajaran di mana guru memberikan tugas / PR kepada siswa untuk
aktif mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan melalui
media digital berupa video atau e-book beserta beberapa instruksi tugas /
latihan soal, sebagai bahan diskusi ketika kegiatan di dalam kelas
(tatap muka). Teknis pelaksanaan model pembelajaran flipped classroom ini adalah :
- Guru menyiapkan dan memberikan sebuah media (bisa berupa video pembelajaran / digital book) yang akan ditonton dan dipelajari oleh siswa di rumah.
- Siswa menonton video dan mempelajari instruksi yang diberikan oleh guru melalui video tersebut agar terlebih dahulu mengenal konsep dan materi yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya.
- Di dalam kelas, siswa mengerjakan tugas berdasarkan instruksi yang telah disampaikan sebelumnya (melalui video). Dalam hal ini siswa dapat lebih memfokuskan diri pada kesulitannya dalam memahami materi ataupun kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal berhubungan dengan materi tersebut.
- Guru berperan sebagai fasilitator yang mendampingi siswa dalam mengerjakan tugas tersebut.
Model pembelajaran flipped classroom
ini terbukti lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan
keaktifan siswa pada sebuah proses pembelajaran. Model pembelajaran ini
juga sangat bermanfaat untuk kepada guru dan siswa, karena :
- Siswa memiliki kesempatan penuh untuk mengejakan tugas mereka dengan didampingi oleh gurunya.
- Guru dapat memastikan bahwa setiap siswa telah memahami konsep-konsep / materi yang disampaikan sebelum pindah ke materi berikutnya.
- Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk berkolaborasi, berbagi ide dan projek bersama temannya.
- Guru dengan mudah memiliki kesempatan untuk meninjau kembali rencana pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan siswa dapat dengan mudah mempelajari kembali video pembelajaran setiap saat, terutama bagi siswa yang absen (tidak masuk sekolah).
- Terjalin komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
Meski begitu, tidak mudah untuk menerapkan dan membiasakan siswa
mengikuti aturan model pembelajaran flipped classroom ini. Butuh waktu
yang tidak sebentar untuk mengubah model belajar siswa yang sudah
terbiasa menunggu guru memberikan materi (Bc. berceramah) di depan
kelas. Sedangkan bagi guru, butuh kemampuan untuk menciptakan sebuah
media digital yang akan diakses siswa melalui model pembelajaran ini.
Berikut beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh guru dan siswa sebelum melaksanakan model pembelajaran ini :
- Sebuah video pembelajaran maupun e-book beserta tugas (kuis/project) yang akan dipelajari siswa.
- Perangkat komputer (PC/Laptop) sebagai media yang akan digunakan untuk mengakses video pembelajaran.
- Koneksi internet yang memadai (jika menggunakan video streaming). Sebenarnya koneksi internet ini tidak mutlak diperlukan, jika video pembelajaran diakses secara offline. Hal ini dapat dilakukan dengan cara guru memberikan file video pada akhir kelas untuk dipelajari di rumah.
- Kemampuan di bidang TIK. Kemampuan di bidang ini mutlak dibutuhkan, terutama kemampuan guru dalam membuat video pembelajaran, dan membuat soal-soal interaktif untuk mendukung materi yang disampaikan. Jika tidak, guru dapat juga memanfaatkan video serupa yang ada di youtube. Sedangkan siswa juga harus memiliki kemampuan untuk mengoperasikan komputer PC/Laptop guna mengakses video tersebut.
Hal yang paling penting dari semuanya adalah menyiapkan mental siswa
kita supaya dapat menerima dan melaksanakan model pembelajaran ini
dengan baik. Sehingga mereka merasa nyaman dan terbiasa belajar aktif
untuk mengembangkan daya kritis mereka dalam menyerap materi pelajaran.
Mudah-mudahan bermanfaat
Sumber : Amiroh
Komentar
Posting Komentar