Guru dan Google




Membaca tema di atas, kita sebagai guru tentu merasa tidak nyaman, tersinggung, miris dan sedih!
Betapa tidak, guru yang selama ini dianggap sebagai orang yang paling pintar, pusat semua informasi yang dibutuhkan siswa, bisa terkalahkan oleh sebuah mesin pencari seperti Google, Wikipedia dan situs pencari informasi lainnya???
Namun…begitulah kenyataannya!
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat mengikis paradigma yang mengatakan bahwa guru adalah pusat pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Kemudahan dalam mengakses informasi dan pengetahuan yang saat ini tidak hanya bisa dilakukan melalui perangkat komputer (yang terkoneksi dengan internet), melainkan juga melalui perangkat mobile seperti Gadget, Handphone, iphone dan seterusnya, memberi ruang dan kesempatan kepada siswa untuk memanfaatkan teknologi informasi dimanapun dan kapanpun dia inginkan.

Kepopuleran situs pencari Google dalam menyediakan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh siswa, sedikit demi sedikit, mengubah pola pikir siswa, bahwa “Guru tidak lebih pintar dari Google”. Hal ini dikarenakan tugas guru selama ini tidak lebih dari sekedar penyampai informasi.
Maka, jika hal ini terjadi Guru harus “bersaing” dengan Google!
Bersaing dalam arti guru tidak harus memenuhi semua kebutuhan informasi yang siswa butuhkan. Melainkan guru harus kreatif dalam mentransfer pengetahuan dan informasi kepada siswa dengan cara yang berbeda, dari informasi yang disajikan oleh situs pencari Google.
Guru tidak lagi hanya sebagai pembawa informasi dan berbicara tentang teori / wacana dan menghabiskan hampir seluruh waktu di kelas untuk berbicara, dan membiarkan siswa hanya duduk, diam, dan mendengarkannya.
Guru harus benar-benar aplikatif, melihat berbagai problem di lapangan, memberi ruang kepada siswa untuk menampilkan kreatifitasnya, mengasah pola pikirnya, danmenyampaikan pendapatnya sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan komunikasi mereka secara cerdas.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengajak siswa (memberikan tugas) untuk menganalisis masalah yang ada (yang berhubungan dengan materi yang disampaikan), dengan mengacu teori-teori yang bisa diakses melalui Google.

Google hendaknya diposisikan hanya sebagai alat bantu menemukan teori-teori pendukung, sedangkan guru menjadi fasilitator, pusat pengatur lalu lintas pemikiran dan komunikasi siswa untuk memecahkan masalah secara inovatif.

Dengan demikian Guru dan Google memiliki peran masing-masing di mata siswa, sehingga siswa mengerti kapan dia harus “berlari” ke Guru dan kapan dia harus “berlari’ ke Google.

Pemberian tugas kepada siswa yang sekedar mencari informasi di Google, sudah menjadi tugas yang usang…
Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan kreatifitas mengajar kita dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam setiap pembelajaran..supaya mereka bisa lebih kritis dan tertantang untuk menghasilkan solusi yang inovatif.

Sumber : Amiroh












Komentar