1. Pengertian Modul
Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu alat ukur yang lengkap dan merupakan
satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul menurut Cece
Wijaya (1992:86), dapat dipandang sebagai paket program yang disusun
dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar. Departemen
Pendidikan Nasional dalam bukunya “Teknik Belajar dengan Modul, (2002:5), mendefinisikan modul sebagai suatu kesatuan bahan belajar yang disajikan dalam bentuk “self- instruction”,
artinya bahan belajar yang disusun di dalam modul dapat dipelajari
siswa secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari guru atau orang
lain.
Walaupun
ada bermacam-macam batasan modul, namun ada kesamaan pendapat bahwa
modul itu merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk belajar
sendiri, karena modul adalah suatu unit yang berdiri sendiri dan terdiri
atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.
Dengan demikian, pengajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan
individual siswa, yakni mengenai kegiatan belajar dan bahan pelajaran.
Batasan modul pada buku pedoman penyusunan modul (Cece Wijaya 1992:96), yang dimaksud dengan modul ialah satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara terinci menggariskan:
1. Tujuan-tujuan intruksional umum.
2. Tujuan-tujuan intruksional khusus.
3. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar.
4. Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan.
5. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas.
6. Peranan guru dalam proses belajar mengajar.
7. Alat dan sumber yang akan dipakai.
8. Kegiatan belajar mengajar yang akan/harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan.
9. Lembaran-lembaran kerja yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses belajar ini.
Hal di atas sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh B. Suryosubroto (1983 :17), bahwa
modul adalah sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana,
didesain guna membantu siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu.
Jadi,
dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modul merupakan bahan
belajar terprogram yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara
terpadu, sistematis, serta terperinci. Dengan mempelajari materi modul,
siswa diarahkan pada pencarian suatu tujuan melalui langkah-langkah
belajar tertentu, karena modul merupakan paket program untuk keperluan
belajar. Dan satu paket program modul, terdiri dari komponen-komponen
yang berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar, alat dan
sumber belajar, dan sistem evaluasi.
2. Komponen - Komponen Modul
Berdasarkan batasan modul di atas, dapat diketahui bahwa komponen-komponen atau unsur-unsur yang terdapat modul, adalah sebagai berikut:
a. Pedoman guru
Pedoman guru berisi petunjuk-petunjuk guru agar pengajaran dapat diselenggarakan secara efisien, juga memberi penjelasan tentang:
1) Macam-macam yang harus dilakukan oleh guru.
2) Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul itu.
3) Alat-alat pelajaran yang harus digunakan.
4) Petunjuk-petunjuk evaluasi.
b. Lembar kegiatan siswa
Lembar
kegiatan ini, memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa
dan pelajaran juga disusun secara teratur langkah demi langkah sehingga
dapat diikuti dengan mudah oleh siswa. Dalam lembaran kegiatan,
tercantum pula kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa, misalnya
mengadakan percobaan, membaca kamus, dan sebagainya.
c. Lembar kerja
Lembar
kerja ini menyertai lembar kegiatan siswa, digunakan untuk menjawab
atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah yang harus dipecahkan.
d. Kunci lembaran kerja
Maksudnya
agar siswa dapat mengevaluasi (mengoreksi) sendiri hasil pekerjaannya,
apabila siswa membuat kesalahan dalam pekerjaannya maka ia dapat
meninjau kembali pekerjaannya.
e. Lembaran tes
Tiap
modul disertai lembaran tes, yakni alat evaluasi yang digunakan sebagai
alat pengukur keberhasilan atau tercapai tidaknya tujuan yang telah
dirumuskan dalam modul itu. Jadi, lembaran tes berisi soal-soal
untuk menilai keberhasilan murid dalam mempelajari bahan yang disajikan
dalam modul tersebut.
f. Kunci lembaran tes
Kunci lembaran tes sebagai alat koreksi sendiri terhadap penilaian yang dilaksanakan.
Sedangkan penjelasan komponen-komponen modul menurut Cece Wijaya, (1992 :97) adalah sebagai berikut:
1. Petunjuk guru
a. Umum, berisikan:
1) Fungsi modul serta kedudukannya dalam kesatuan program pengajaran.
2) Kemampuan khusus yang perlu dikuasai terlebih dahulu sebagai prasyarat.
3) Penjelasan singkat tentang istilah-istilah.
b. Khusus, berisi:
1) Topik yang dikembangkan dalam modul.
2) Kelas yang bersangkutan.
3) Waktu yang diperlukan untuk modul itu.
4) Tujuan intruksional.
5) Pokok-pokok materi yang perlu dibahas.
6) Prosedur pengerjaan modul, kegiatan guru dan murid, serta alat yang dipergunakan.
7) Penilaian: prosedur dan alatnya.
2. Lembaran kegiatan siswa, berisi:
a. Petunjuk untuk murid mengenai topik yang akan dibahas, pengarahan umum, dan waktu yang tersedia untuk mengerjakannya.
b. Tujuan pelajaran, yaitu yang berupa tujuan intruksional khusus yang ingin dicapai dengan modul yang bersangkutan.
c. Pokok-pokok materi dan rinciannya.
d. Alat-alat pelajaran yang dipergunakan, dan
e. Petunjuk
khusus tentang langkah-langkah kegiatan belajar yang harus ditempuh,
yang biberikan secara terinci dan berkelanjutan diselingi dengan
pelaksanaan kegiatan.
3. Lembar kerja siswa
Berisi tugas-tugas atau persoalan-persoalan yang harus dikerjakan oleh murid setelah mempelajari kegiatan murid.
4. Kunci jawaban untuk lembaran kerja siswa
Berisi
jawaban yang diharapkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan oleh murid
pada waktu melaksanakan kegiatan belajar dengan mempergunakan lembaran
kerja. Dengan kunci jawaban ini, anak dapat mengoreksi sendiri apakah
pekerjaannya telah diselesaikan dengan baik atau tidak.
5. Lembaran tes
Berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan murid dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul tersebut.
6. Kunci jawaban untuk lembaran tes
Berisi
jawaban yang benar untuk setiap soal yang ada dalam lembaran penilaian,
ialah untuk digunakan sebagai alat koreksi sendiri terhadap pekerjaan
yang dilakukan.
Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam modul Cece Wijaya (1992:99) adalah sebagai berikut:
1. Petunjuk untuk guru
a. Tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.
b. Penjelasan tentang cara menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efisien.
c. Penjelasan tentang materi pelajaran yang akan disajikan dan strategi belajarnya.
d. Waktu yang disediakan untuk mempelajari materi modul.
e. Alat-alat dan bahan pelajaran serta sumber-sumber yang harus digunakan, dan
f. Prosedur penilaian, jenis, cara/alat, dan materi penilaian yang digunakan.
2. Kegiatan siswa
a. Pendahuluan.
Pada bagian ini dicantumkan jadwal modul lainnya dan kegiatan-kegiatan
yang harus dilaksanakan siswa. Di samping itu, memuat tujuan yang
dicapai dan materi yang akan dipelajari oleh siswa.
b. Petunjuk
belajar. Pada bagian ini, akan diuraikan apa-apa atau urutan langkah
yang harus dikerjakan siswa dalam menggunakan modul.
c. Kegiatan
belajar. Pada bagian ini, terdiri dari beberapa kegiatan masing-masing
kegiatan memuat tujuan yang akan dicapai. Materi pokok yang akan
dipelajari dan uraian materinya. Pada akhir uraian materi pelajaran,
disajikan tugas atau masalah yang harus dipecahkan maupun
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa mengenai materi pelajaran
yang telah dipelajari. Tugas-tugas ini, diberikan agar siswa dapat
menilai hasil belajarnya sendiri.
d. Kunci
tugas. Kunci tugas disediakan pada akhir kegiatan siswa dengan harapan
agar siswa dapat dengan segera mengetahui apakah tugas-tugas yang
dikerjakannya benar.
3. Tes akhir modul
Setiap
modul dilengkapi dengan tes akhir modul. Dari hasil tes siswa, guru
dapat mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang ditetapkan telah
tercapai atau belum. Cakupan tes akhir modul antara lain dapat mengukur
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
4. Kunci tes akhir modul
Kunci
tes disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Kunci tes ini, hanya dipegang oleh guru yang senantiasa dijaga
kerahasiaannya.
3. Tujuan Modul dalam Kegiatan Belajar
Tujuan digunakannya modul di dalam proses belajar mengajar menurut B. Suryosubroto (1983:18), ialah agar:
a. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
b. Murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya sendiri.
c. Murid
dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar
sendiri, baik di bawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru.
d. Murid dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan.
e. Murid benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar.
f. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir.
g. Modul disusun dengan berdasar kepada konsep “Mastery Learning”
suatu konsep yang menekankan bawa murid harus secara optimal menguasai
bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu. Prinsip ini, mengandung
konsekwensi bahwa seorang murid tidak diperbolehkan mengikuti program
berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut.
Jadi,
jelaslah bahwa pengajaran modul itu merupakan pengajaran individual
yang memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan sesuai dengan kecepatan masing-masing individu.
4. Modul Langkah-langkah penyusunan modul
Suatu modul yang digunakan di sekolah, disusun atau ditulis dengan melalui langkah-langkah seperti berikut:
1. Menyusun kerangka modul
a. Menetapkan (menggariskan) tujuan intruksional umum (TIU) yang akan dicapai dengan mempelajari modul tersebut.
b. Merumuskan tujuan intruksional khusus (TIK) yang merupakan perincian atau pengkhususan dari tujuan intruksional umum tadi.
c. Menyusun soal-soal penilaian untuk mengukur sejauh mana tujuan intruksional khusus bisa dicapai.
d. Identifikasi pokok materi pelajaran yang sesuai dengan setiap tujuan intruksional khusus.
e. Mengatur/menyusun pokok-pokok materi tersebut di dalam urutan yang logis dan fungsional.
f. Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar murid.
g. Memeriksa sejauh mana langkah-langkah kegiatan belajar telah diarahkan untuk mencapai semua tujuan yang telah dirumuskan.
h. Identifikasi alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan modul itu.
2.
Menyusun (menulis) program secara terperinci meliputi pembuatan semua
unsur modul, yakni petunjuk guru, lembar kegiatan murid, lembar kerja
murid, lembar jawaban, lembar penilaian (tes), dan lembar jawaban tes.
Secara
garis besarnya, penyusunan modul atau pengembangan modul menurut S.
Nasution (1987:217-218) dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.
2. Urutan tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul itu.
3. Tes
diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan, dan
kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk menempuh modul
itu (Entry Behaviour atau Entering Behaviour).
4. Menyusun
alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa. Ia harus tahu apa
gunanya ia mempelajari modul ini, siswa harus yakin akan manfaat modul
itu agar ia bersedia mempelajarinya dengan sepenuh tenaga.
5. Kegiatan-kegiatan
belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai
kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan. Kegiatan itu
dapat berupa mendengarkan rekaman, melihat film, mengadakan percobaan
dalam laboratorium, mengadakan bacaan membuat soal, dan sebagainya.
Perlu disediakan beberapa alternatif, beberapa cara yang dijalani oleh
siswa sesuai dengan pribadinya. Bagian inilah yang merupakan inti modul,
aspek yang paling penting dalam modul itu, karena menyangkut proses
belajar itu sendiri.
6. Menyusun
post-tes untuk mengukur hasil belajar murid, hingga manakah ia
menguasai tujuan-tujuan modul. Dapat pula disusun beberapa bentuk tes
yang pararel. Butir-butir tes harus bertalian erat dengan tujuan-tujuan
modul.
7. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukannya.
Secara
teoritis penyusunan modul dimulai dengan perumusan tujuan, akan tetapi
dalam prakteknya sering dimulai dengan penentuan topik dan bahan
pelajarannya dapat dipecahkan dalam bagian-bagian yang lebih kecil yang
akan dikembangkan menjadi modul. Baru sebagai langkah kedua, dirumuskan
tujuan-tujuan modul yang berkenaan dengan bahan yang perlu dikuasai itu.
Sumber Bacaan:
Cece
Wijaya (1992), Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran,
Bandung: Remaja Rosda Karya, B. Suryosubroto. (1983) Sistem Pengajaran
dengan Modul, Jakarta: Bina Aksara,
Departemen Pendidikan Nasional (2002), Teknik Belajar dengan Modul, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
S. Nasution, (1987) Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara
Sumber : Ainamulyana
Komentar
Posting Komentar